Kamis, 27 Desember 2012

MP-ASI 6-24 BULAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya. Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan,  ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya (Margaret Lowson, 2003).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi. Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain, baik susu formula, madu, air teh. Bayi juga tidak diberi makanan padat lain seperti pisang dan nasi lumat, bubur, susu, biskuit, nasi tim dan lain-lain (Lilian Juwono: 2003).
MP-ASI harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan nutrien dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai diberikan pasa usia 6 bulan keatas. Pada usia ini MP-ASI sangat penting untuk menambah energi dan zat gizi yang diperlukan.
Kenyataannya di lapangan masih banyak ibu yang memberikan MP-ASI pada bayinya meskipun umurnya masih belum mencapai 6 bulan. Padahal apabila memberikan MP-ASI terlalu dini, bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibupun memproduksi lebih sedikit, hingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.  Di samping itu resiko infeksi dan diare kemungkinan bisa terjadi.
Banyaknya bayi usia 0-6 bulan yang diberi MP-ASI yang memungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan, peran tenaga kesehatan, pendidikan, kultur budaya dan peran keluarga.
Pengetahuan merupakan penampilan dari hasil yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Apabila pasangan orang tua memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya pemberian ASI, maka akan mantap untuk memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, sebaliknya jika pasangan orang tua tidak memiliki pengetahuan yang adekuat maka orang tua tidak mengerti tentang pentingnya pemberian ASI, dapat dikatakan asal bayi mereka kenyang, sehingga MP-ASI diberikan terlalu dini (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).
Perawat atau petugas kesehatan sebagai educator peran ini dilaksanakan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Mengingat pentingnya pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI sesuai usia maka petugas kesehatan terutama perawat harus memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga (Wahid Iqbal, 2005 : 76).
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang. Dengan pendidikan yang tinggi kemungkinan seseorang akan lebih tahu dan mudah menerima informasi yang telah didapat dari pendidikannya, sehingga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru yang dapat mengubah perilaku seseorang. Dan juga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru dalam pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayi usia 6 bulan ke atas, atau sebaliknya bila pendidikan seseorang rendah kemungkinan akan menghambat seseorang untuk menerima informasi yang baru mengenai pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayinya antara usia 6 bulan keatas (Aziz Alimul, 2002).
Budaya merupakan kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita yang telah melekat pada masyarakat kemungkinan sulit untuk diubah karena kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga akan melekat pada diri seseorang, termasuk budaya dalam pemberian makanan pendamping bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan. Dengan memberikan nasi, pisang lumat yang sebenarnya tidak dibenarkan karena bayi yang berusia kurang dari 6 bulan kemampuan ususnya atau pencernaannya masih terbatas, sehingga makanan masih belum dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan diare maupun alergi. Budaya masyarakat yang memberikan dampak yang negatif dengan adanya MP-ASI yang seharusnya di berikan pada bayi usia 6 bulan keatas. Tetapi sudah di berikan pada usia kurang dari 6 bulan (Wahid Iqbal, 2007).
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Keberhasilan dalam memberikan makanan pada bayi tidak hanya tergantung pada ibu saja, tetapi dukungan dan peran serta keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam pemberian nutrisi pada bayi. Keluarga sebaiknya memahami mengenai MP-ASI, terutama mengenai kapan MP-ASI harus diberikan, jenis, bentuk dan jumlahnya. Peran keluarga berperan penting bagi pemeliharaan kesehatan keluarga. Keluarga yang terdiri dari ibu, ayah dan anak harus mempunyai sifat yang positif terhadap situasi dalam keluarga kemungkinan ibu dapat memberikan makanan pendamping secara benar. Dampak apabila pemberian MP-ASI terlalu dini maka bayi akan mendapat zat immun ASI lebih sedikit, sehingga resiko infeksi meningkat. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI. Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang menyusui. Sedangkan bila pemberian MP-ASI terlalu lambat maka anak tidak akan mendapatkan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dan nutrien. Anak berhenti pertumbuhannya, atau tumbuh lambat. Pada anak resiko malnutrisi dan defisiensi mikronutrien meningkat (Nasrul Effendi, 1998 :34).
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang waktu pemberian MP-ASI dalam hal ini petugas kesehatan khususnya tenaga perawat diharapkan dapat memberikan penjelasan pada orang tua mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan stimulus pada anaknya, sehingga anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara baik (Nursalam, 2005).
B.  Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan di RSUD Bantul tahun 2012.
C.  Tujuan
1.      Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP- ASI pada bayi usia 6-24 bulan di RSUD Bantul.
2.      Tujuan khusus
·      Untuk mengetahui waktu, manfaat dan jenis makanan yang tepat dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24   bulan.
·      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan.
D.  Manfaat penelitian
1.    Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapaat digunakan sebagai referensi dan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan makanan pendamping ASI untuk bayi usia 0-6 bulan.
2.    Manfaat praktis
a.    Bagi peneliti
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan Akademi Kebidanan Yogyakarta khususnya dalam proses penelitian.
b.    Bagi akademi
Sebagai bahan evaluasi untuk pengelolaan program pembelajaran mata kuliah mengenai gizi bayi.
c.    Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam peningkatan kesehatan bayi.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Telaah pustaka
1.    Pengertian
         
MP-ASI merupakan makanan lain selain ASI. Makanan ini dapat   berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan yang dimodifikasi (Lilian Juwono, 2003). Sedangkan menurut Dep.Kes RI (2007), MP-ASI merupakan makanan peralihan dan dari ASI ke makanan keluarga.
Bertambahnya umur bayi, bartambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak umur 6 bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi perlu diperhatikan waktu pemberian, frekuensi, porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MP-ASI.
2.    Tujuan Pemberian MP-ASI.
a.       Memenuhi kebutuhan zat gizinya yang meningkat untuk pertumbuhan dan aktivitasnya.
b.      Mendidik anak untuk membina selera dan kebiasaan makan yang sehat.
c.       Melatih pencernaan bayi agar mampu mencerna makanan yang lebih padat daripada susu. Membiasakan bayi mengkonsumsi makanan sehari-hari menggunakan sendok.
3.    Manfaat MP-ASI
Menurut Diah K dan Rina Y (2000) Manfaat MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi bayi tidak terpenuhi.

4.    Jenis MP-ASI
Menurut Dep.Kes.RI (2007), MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur, dan buah-buahan. Jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah:
a.    Makanan Lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/kerok, pepaya saring, tomat saring dan nasi tim saring.
b.      Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim dan kentang puri.
c.       Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus dan biscuit.
Saat mendiskusikan makanan yang baik, akan bermanfaat jika kita mulai dengan makanan pokok kemudian memutuskan makanan lain yang akan ditambahkan. Makanan Pokok adalah dimana semua masyarakat mempunyai makanan pokok. Makanan pokok merupakan makanan utama yang dikonsumsi. Contohnya adalah serealia (misalnya beras, gandum, jagung, padi-padian, umbi-umbian).
5.     Syarat-syarat MP-ASI
Menurut Diah K dan Rina Y(2000) syarat-syarat MP-ASI adalah makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. Makanan pendamping ASI hendaknya mengandung protein bermutu tinggi dengan jumlah yang mencukupi. Sedangkan menurut Lilian Juwono (2004) makanan pendamping ASI yang memenuhi syarat adalah:
a.       Kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat).
b.      Bersih dan aman, yaitu tidak ada pathogen (tidak ada bakteri penyebab penyakit atau organisme yang berbahaya lainnya), tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau toksin, tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras atau yang membuat anak tersedak, tidak terlalu panas.
c.       Tidak terlalu pedas atau asin.
d.      Mudah dimakan oleh anak
e.       Disukai anak.
f.       Tersedia di daerah anda dan harganya terjangkau.
g.      Mudah disiapkan.
6.    Waktu pemberian MP-ASI
Makanan tambahan diberikan setelah masa ASI eksklusif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi, yang tidak lagi terpenuhi dari ASI saja. Di masa penyapihan ini bayi akan mendapatkan ASI, buah, biskuit bayi, bubur bayi dan lebih lanjut akan mendapat nasi tim. Prinsip pemberian makanan pada bayi usia 0 sampai 6 bulan hingga 1 tahun adalah peralihan bertahap dari hanya ASI hingga mencapai pola makan dewasa. Perubahan terjadi di dalam hal tekstur (halus hingga kasar), konsistensi (lunak hingga padat), porsi dan frekuensinya sesuai dengan kemampuan dan perkembangan bayi. Tahapan pemberian makanan pendamping ASI yang ideal adalah mulai usia 6 bulan.
Makanan tambahan harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan nutrisi dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai diberikan pada usia 6 bulan keatas. Pada usia ini otot dan syaraf didalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit dan memamah. Sebelum usia 6 bulan, bayi akan mendorong makanan keluar dari mulutnya karena mereka tidak dapat mengendalikan gerakan lidahnya secara penuh. Pada usia 6 bulan lebih mudah untuk memberikan bubur kental, sup kental dan makanan yang dilumatkan, karena anak pada usia ini mempunyai kemampuan yaitu:
a.    Dapat mengendalikan lidahnya lebih baik.
b.    Mulai melakukan gerak mengunyah keatas dan kebawah.
c.    Mulai tumbuh gigi.
d.   Suka memasukkan sesuatu kedalam mulutnya.
e.    Berminat terhadap rasa yang baru.
Ada beberapa tanda kesiapan yang menunjukkan seorang bayi telah mampu menerima makanan pendamping pertamanya:
1)   Kesiapan Fisik
a)    Telah berkurang/hilangnya refleks menjulurkan lidah.
b)   Kemampuan motorik mulut tidak hanya mampu menghisap, namun juga mampu menelan makanan setengah padat.
c)    Dapat memindahkan makanan dalam mulut menggunakan lidah.
d)   Dapat mempertahankan posisi kepala secara stabil, tanpa bantuan.
e)    Dapat diposisikan duduk dan mampu mempertahankan keseimbangan badan.
2)   Kesiapan psikologis
a)    Perilaku yang semula hanya bersifat refleks dan imitative menjadi lebih independent dan mampu bereksplorasi.
b)   Menunjukkan keinginan makan dengan membuka mulut, dan menunjukkan rasa lapar dengan mencondongkan badan ketika disodori makanan.
c)    Sebaliknya, mampu menjauhkan badan ketika telah merasa kenyang.
Pada usia ini juga sistem pencernaan sudah cukup matang untuk mencerna berbagai makanan. Memulai pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat, keduanya tidak diinginkan. Seorang anak harus diberi ASI saja sekurang-kurangnya sampai usia 6 bulan (Lilian Juwono, 2004).
Tanda bahwa seorang anak sudah siap untuk menerima makanan tambahan adalah bahwa anak tersebut:
a.       Sekurangnya usia 6 bulan.
b.      Sering mendapat ASI tapi tampak lapar segera sesudahnya.
c.       Tidak mengalami penambahan berat badan yang adekuat.

7.    Cara Pemberian MP-ASI
1)   Setelah bayi berusia 6 bulan perkenalkan ke makanan yang padat atau dicincang halus (Annie Yelland, 2005) seperti:
a)    Daging ayam yang dihaluskan.
b)   Kacang-kacangan yang dihaluskan .
c)    Yogurt: tanpa pemanis yang biasanya disukai bayi atau tambahkan   buah segar cincang.
d)   Kembang kol dengan keju.
e)    Nasi.
f)    Ikan, buang tulang lalu cincang atau haluskan.
2)   Pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 sampai 9
a)    Penyerapan vitamin A dan zat gizi lain pemberian ASI   diteruskan.
b)   Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari.
c)    Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber lemak, yaitu santan atau minyak kelapa atau margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, memberikan rasa enak juga mempertinggi yang larut dalam lemak.
3)   Pemberian makanan bayi umur 9 sampai 12 bulan:
a)    Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur mendekati makanan keluarga.
b)   Berikan makanan selingan satu kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang hijau dan buah. Usahakan makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.
c)    Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam makanan. Campurkanlah kedalam makanan lembek sebagai lauk pauk dan sayuran secara bergantian. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat di kemudian hari.
4)   Pemberian makanan bayi umur 12 sampai 24 bulan
a)    Pemberian ASI diteruskan.
b)   Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya tiga kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Selain itu tetap berikan makanan selingan dua kali sehari.
c)    Fariasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan, misalnya nasi diganti tahu, tempe, kacang hijau, telur atau ikan. Bayam dapat diganti dengan daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu dapat diganti dengan bubur kacang hijau, bubur sumsum dan biskuit.
d)   Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.
8.    Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI terlalu dini.
Menurut WHO (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI terlalu dini adalah:
a.    Faktor internal meliputi : Pengetahuan ibu tentang MP-ASI dan pengalaman.
b.    Faktor eksternal meliputi : sosial budaya, perawat atau petugas kesehatan lainnya, informasi tentang pemberian MP-ASI.


B.  Kerangka Teori

Faktor internal
Ø  Ibu
§  Pengetahuan
§  Pengalaman
§  Minat
§  Kemampuan
Ø  Bayi
§  Usia
§  Energi
§ 
Pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan.
 
Kemampuan
Faktor eksternal
§  Sosial budaya
§  Pekerjaan
§  Tenaga kesehatan
Informasi mengenai MP-ASI
§  Jenis makanan pendamping ASI
§  Ekonomi




Gambar 1.1 : Kerangka teori tentang pemberian MP-ASI
pada bayi usia 6-24 bulan di Bantul  2012.




C.  Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah obstruksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2003).
Dalam hal ini dibahas kerangka konsep penelitian Gambaran Tentang Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 6-24 bulan.

Pendidikan

Pekerjaan
Peran Tenaga Kesehatan

Umur
Pemberian MP- ASI secara dini pada bayi usia 6-24 bulan

Minat
Pengetahuan

Pengalaman
Peran keluarga

Kebudayaan

Informasi


Gambar 1.2 : Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI pada bayi usia 0 - 6 bulan di sewon bantul  2012.
Faktor pendidikan, pekerjaan, umur, pengalaman, minat, pengalaman, kebudayaan, informasi mempengaruhi pengetahuan. Sedangkan pengetahuan peran petugas kesehatan, dan peran keluarga berpengaruh langsung pada pemberian MP-ASI pada bayi umur 6-24 bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar