BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman
yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya. Sejak
awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi.
Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya
mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI
sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat
yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti
ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya (Margaret
Lowson, 2003).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI.
Makanan ini dapat berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan
keluarga yang dimodifikasi. Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan
atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan
cairan lain, baik susu formula, madu, air teh. Bayi juga tidak diberi makanan padat
lain seperti pisang dan nasi lumat, bubur, susu, biskuit, nasi tim dan
lain-lain (Lilian Juwono:
2003).
MP-ASI harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi
dan nutrien dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai diberikan
pasa usia 6 bulan keatas. Pada usia ini MP-ASI sangat penting untuk menambah
energi dan zat gizi yang diperlukan.
Kenyataannya di lapangan masih banyak ibu yang memberikan MP-ASI pada
bayinya meskipun umurnya masih belum mencapai 6 bulan. Padahal apabila
memberikan MP-ASI terlalu dini, bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibupun
memproduksi lebih sedikit, hingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi. Di samping itu resiko infeksi dan diare
kemungkinan bisa terjadi.
Banyaknya bayi usia 0-6 bulan yang diberi MP-ASI yang memungkinkan
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan, peran tenaga
kesehatan, pendidikan, kultur budaya
dan peran keluarga.
Pengetahuan merupakan penampilan dari hasil yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Apabila pasangan orang tua memiliki pengetahuan yang baik tentang
pentingnya pemberian ASI, maka akan mantap untuk memberikan ASI saja sampai
bayi berusia 6 bulan, sebaliknya jika pasangan orang tua tidak memiliki
pengetahuan yang adekuat maka orang tua tidak mengerti tentang pentingnya
pemberian ASI, dapat dikatakan asal bayi mereka kenyang, sehingga MP-ASI diberikan
terlalu dini (Soekidjo
Notoatmodjo, 2007).
Perawat atau petugas kesehatan sebagai “educator”
peran ini dilaksanakan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Mengingat pentingnya pengetahuan ibu
tentang pemberian MP-ASI sesuai usia maka petugas kesehatan terutama perawat
harus memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga (Wahid Iqbal, 2005 : 76).
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat komplek dengan tujuan akhir
terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang. Dengan pendidikan yang tinggi
kemungkinan seseorang akan lebih tahu dan mudah menerima informasi yang telah
didapat dari pendidikannya, sehingga tidak tertinggal oleh adanya informasi
yang baru yang dapat mengubah perilaku seseorang. Dan juga tidak tertinggal oleh
adanya informasi yang baru dalam pemberian makanan tambahan yang baru boleh
diberikan pada bayi usia 6 bulan ke atas, atau sebaliknya bila pendidikan
seseorang rendah kemungkinan akan menghambat seseorang untuk menerima informasi
yang baru mengenai pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada
bayinya antara usia 6 bulan keatas (Aziz Alimul, 2002).
Budaya merupakan kebudayaan
dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
sikap kita yang telah melekat pada masyarakat kemungkinan sulit untuk diubah
karena kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga akan melekat pada diri
seseorang, termasuk budaya dalam pemberian makanan pendamping bagi bayi yang
berumur kurang dari 6 bulan. Dengan memberikan nasi, pisang lumat yang
sebenarnya tidak dibenarkan karena bayi yang berusia kurang dari 6 bulan
kemampuan ususnya atau pencernaannya masih terbatas, sehingga makanan masih
belum dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan diare maupun alergi.
Budaya masyarakat yang memberikan dampak yang negatif dengan adanya MP-ASI yang
seharusnya di berikan pada bayi usia 6 bulan keatas. Tetapi sudah di berikan
pada usia kurang dari 6 bulan (Wahid Iqbal,
2007).
Peran keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal sifat kegiatan yang berhubungan dengan
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Keberhasilan dalam memberikan
makanan pada bayi tidak hanya tergantung pada ibu saja, tetapi dukungan dan
peran serta keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam pemberian nutrisi
pada bayi. Keluarga sebaiknya memahami mengenai MP-ASI, terutama mengenai kapan
MP-ASI harus diberikan, jenis, bentuk dan jumlahnya. Peran keluarga berperan
penting bagi pemeliharaan kesehatan keluarga. Keluarga yang terdiri dari ibu,
ayah dan anak harus mempunyai sifat yang positif
terhadap situasi dalam keluarga kemungkinan ibu dapat memberikan makanan
pendamping secara benar. Dampak apabila pemberian MP-ASI terlalu dini maka bayi
akan mendapat zat immun ASI lebih sedikit, sehingga resiko infeksi meningkat. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI. Ibu
mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang menyusui.
Sedangkan bila pemberian MP-ASI terlalu lambat maka anak tidak akan mendapatkan
makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dan nutrien.
Anak berhenti pertumbuhannya, atau tumbuh lambat. Pada anak resiko malnutrisi
dan defisiensi mikronutrien meningkat (Nasrul Effendi, 1998 :34).
Untuk meningkatkan pengetahuan
ibu tentang waktu pemberian MP-ASI dalam hal ini petugas kesehatan khususnya
tenaga perawat diharapkan dapat memberikan penjelasan pada orang tua mengenai
upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan stimulus pada anaknya, sehingga
anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara baik (Nursalam, 2005).
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian
MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan di
RSUD
Bantul tahun 2012.
C.
Tujuan
1.
Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu tentang pemberian MP- ASI pada bayi usia 6-24 bulan di RSUD Bantul.
2. Tujuan
khusus
·
Untuk mengetahui waktu, manfaat dan
jenis makanan yang tepat dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan.
· Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang pemberian
MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan.
D. Manfaat penelitian
1.
Manfaat
teoritis
Hasil penelitian ini
diharapkan dapaat digunakan sebagai referensi dan ilmu pengetahuan, khususnya
yang berkaitan dengan makanan pendamping ASI untuk bayi usia 0-6 bulan.
2.
Manfaat
praktis
a.
Bagi peneliti
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh
pendidikan Akademi Kebidanan Yogyakarta khususnya dalam proses penelitian.
b.
Bagi akademi
Sebagai bahan evaluasi untuk pengelolaan program
pembelajaran mata kuliah mengenai gizi bayi.
c.
Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam peningkatan kesehatan bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah pustaka
1.
Pengertian
MP-ASI merupakan makanan lain selain ASI. Makanan ini dapat berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan yang dimodifikasi (Lilian Juwono, 2003). Sedangkan menurut Dep.Kes RI (2007), MP-ASI merupakan makanan peralihan dan dari ASI ke makanan keluarga.
MP-ASI merupakan makanan lain selain ASI. Makanan ini dapat berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan yang dimodifikasi (Lilian Juwono, 2003). Sedangkan menurut Dep.Kes RI (2007), MP-ASI merupakan makanan peralihan dan dari ASI ke makanan keluarga.
Bertambahnya umur bayi, bartambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak umur 6 bulan bayi mulai
diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Selain ASI untuk memenuhi kebutuhan
gizi perlu diperhatikan waktu pemberian, frekuensi, porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian
MP-ASI.
2. Tujuan Pemberian MP-ASI.
a.
Memenuhi
kebutuhan zat gizinya yang meningkat untuk pertumbuhan dan aktivitasnya.
b.
Mendidik anak
untuk membina selera dan kebiasaan makan yang sehat.
c.
Melatih
pencernaan bayi agar mampu mencerna makanan yang lebih padat daripada susu.
Membiasakan bayi mengkonsumsi makanan sehari-hari menggunakan sendok.
3. Manfaat MP-ASI
Menurut Diah K dan Rina Y (2000) Manfaat
MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat gizi yang diperlukan bayi karena
ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan
perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi
pertambahan berat badan seorang anak
tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi bayi tidak
terpenuhi.
4.
Jenis MP-ASI
Menurut Dep.Kes.RI (2007), MP-ASI
yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti tempe, kacang-kacangan,
telur ayam, hati ayam,
ikan, sayur mayur, dan buah-buahan. Jenis MP-ASI
yang dapat diberikan adalah:
a. Makanan
Lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan
bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh: bubur susu, bubur
sumsum, pisang saring/kerok, pepaya saring, tomat saring dan nasi tim saring.
b.
Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan
banyak air dan tampak berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim dan
kentang puri.
c.
Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak
berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim,
kentang rebus dan biscuit.
Saat mendiskusikan makanan yang
baik, akan bermanfaat jika kita mulai dengan makanan pokok kemudian memutuskan
makanan lain yang akan ditambahkan. Makanan Pokok adalah dimana semua masyarakat mempunyai makanan pokok.
Makanan pokok merupakan makanan utama yang dikonsumsi. Contohnya adalah serealia
(misalnya beras, gandum, jagung, padi-padian, umbi-umbian).
5.
Syarat-syarat MP-ASI
Menurut Diah K dan Rina Y(2000)
syarat-syarat MP-ASI adalah makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi
yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat
tambahan lainnya. Makanan pendamping ASI
hendaknya mengandung protein bermutu tinggi dengan jumlah yang mencukupi. Sedangkan menurut Lilian Juwono (2004) makanan pendamping ASI yang memenuhi syarat adalah:
a.
Kaya energi,
protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat).
b.
Bersih dan
aman, yaitu tidak ada pathogen (tidak ada bakteri penyebab penyakit atau
organisme yang berbahaya lainnya), tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau
toksin, tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras atau yang membuat anak
tersedak, tidak terlalu panas.
c.
Tidak terlalu
pedas atau asin.
d.
Mudah dimakan
oleh anak
e.
Disukai anak.
f.
Tersedia di
daerah anda dan harganya terjangkau.
g.
Mudah disiapkan.
6.
Waktu pemberian MP-ASI
Makanan tambahan diberikan
setelah masa ASI eksklusif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi, yang
tidak lagi terpenuhi dari ASI saja. Di masa penyapihan ini bayi akan mendapatkan ASI, buah, biskuit bayi, bubur
bayi dan lebih lanjut akan mendapat nasi tim. Prinsip pemberian makanan pada
bayi usia 0 sampai 6 bulan hingga 1 tahun adalah peralihan bertahap dari hanya
ASI hingga mencapai pola makan dewasa. Perubahan terjadi di dalam hal tekstur
(halus hingga kasar), konsistensi
(lunak hingga padat), porsi dan frekuensinya sesuai dengan kemampuan dan perkembangan bayi. Tahapan pemberian
makanan pendamping ASI yang ideal adalah mulai usia 6 bulan.
Makanan tambahan harus mulai
diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan nutrisi dari ASI
saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai diberikan pada usia 6 bulan
keatas. Pada usia ini otot dan syaraf didalam mulut bayi cukup berkembang untuk
mengunyah, menggigit dan memamah. Sebelum usia 6 bulan, bayi akan mendorong
makanan keluar dari mulutnya karena mereka tidak dapat mengendalikan gerakan lidahnya
secara penuh. Pada usia 6 bulan lebih mudah untuk memberikan bubur kental, sup
kental dan makanan yang dilumatkan, karena anak pada usia ini mempunyai kemampuan
yaitu:
a. Dapat mengendalikan lidahnya lebih baik.
b. Mulai melakukan gerak mengunyah keatas dan kebawah.
c. Mulai tumbuh gigi.
d.
Suka memasukkan
sesuatu kedalam mulutnya.
e.
Berminat
terhadap rasa yang baru.
Ada beberapa tanda kesiapan yang menunjukkan seorang bayi telah mampu
menerima makanan pendamping pertamanya:
1) Kesiapan
Fisik
a)
Telah
berkurang/hilangnya refleks menjulurkan lidah.
b)
Kemampuan
motorik mulut tidak hanya mampu menghisap, namun juga mampu menelan makanan
setengah padat.
c)
Dapat memindahkan makanan dalam mulut menggunakan
lidah.
d)
Dapat
mempertahankan posisi kepala secara stabil, tanpa bantuan.
e)
Dapat diposisikan duduk dan mampu mempertahankan
keseimbangan badan.
2)
Kesiapan psikologis
a)
Perilaku yang semula hanya bersifat refleks dan
imitative menjadi lebih independent dan mampu bereksplorasi.
b)
Menunjukkan keinginan
makan dengan membuka mulut, dan menunjukkan rasa lapar dengan mencondongkan
badan ketika disodori makanan.
c)
Sebaliknya, mampu menjauhkan badan ketika telah merasa
kenyang.
Pada usia ini juga sistem
pencernaan sudah cukup matang untuk mencerna berbagai makanan. Memulai pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat,
keduanya tidak diinginkan. Seorang anak harus diberi ASI saja
sekurang-kurangnya sampai usia 6 bulan (Lilian Juwono, 2004).
Tanda bahwa seorang anak sudah
siap untuk menerima makanan tambahan adalah bahwa anak tersebut:
a.
Sekurangnya
usia 6 bulan.
b.
Sering mendapat
ASI tapi tampak lapar segera sesudahnya.
c.
Tidak mengalami
penambahan berat badan yang adekuat.
7.
Cara Pemberian
MP-ASI
1)
Setelah bayi
berusia 6 bulan perkenalkan ke makanan yang padat atau dicincang halus (Annie
Yelland, 2005) seperti:
a)
Daging ayam yang dihaluskan.
b)
Kacang-kacangan yang dihaluskan .
c)
Yogurt: tanpa pemanis
yang biasanya disukai bayi atau tambahkan buah segar cincang.
d)
Kembang kol dengan keju.
e)
Nasi.
f)
Ikan, buang tulang lalu cincang atau haluskan.
2)
Pemberian MP-ASI
pada bayi usia 6 sampai 9
a)
Penyerapan
vitamin A dan zat gizi lain pemberian ASI diteruskan.
b)
Pada umur 6
bulan alat cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi mulai
diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari.
c)
Untuk
mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit
dengan sumber lemak, yaitu santan atau minyak kelapa atau margarin. Bahan makanan ini dapat menambah
kalori makanan bayi, memberikan rasa enak juga mempertinggi yang larut dalam
lemak.
3)
Pemberian
makanan bayi umur 9 sampai 12 bulan:
a)
Pada umur 10
bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk
dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur mendekati makanan
keluarga.
b)
Berikan makanan
selingan satu kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi,
seperti bubur kacang hijau dan buah. Usahakan makanan selingan dibuat
sendiri agar kebersihannya terjamin.
c)
Bayi perlu
diperkenalkan dengan beraneka ragam makanan. Campurkanlah kedalam makanan
lembek sebagai lauk pauk dan sayuran secara bergantian. Pengenalan berbagai
bahan makanan sejak dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang
sehat di kemudian hari.
4)
Pemberian
makanan bayi umur 12 sampai 24 bulan
a)
Pemberian ASI diteruskan.
b)
Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga
sekurang-kurangnya tiga kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa
setiap kali makan. Selain itu tetap berikan makanan selingan dua kali sehari.
c)
Fariasi makanan diperhatikan dengan menggunakan
padanan bahan makanan, misalnya nasi diganti tahu, tempe, kacang hijau, telur
atau ikan. Bayam dapat diganti dengan daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu
dapat diganti dengan bubur kacang hijau, bubur sumsum dan biskuit.
d) Menyapih
anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi
frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.
8.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI
terlalu dini.
Menurut WHO (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian MP-ASI terlalu dini adalah:
a.
Faktor internal
meliputi : Pengetahuan ibu tentang MP-ASI dan pengalaman.
b.
Faktor
eksternal meliputi : sosial budaya, perawat atau petugas kesehatan lainnya,
informasi tentang pemberian MP-ASI.
B. Kerangka Teori
Faktor
internal
Ø
Ibu
§ Pengetahuan
§ Pengalaman
§ Minat
§ Kemampuan
Ø
Bayi
§ Usia
§ Energi
§
|
||
Faktor
eksternal
§ Sosial budaya
§ Pekerjaan
§ Tenaga kesehatan
Informasi
mengenai MP-ASI
§ Jenis makanan pendamping ASI
§ Ekonomi
|
Gambar 1.1 : Kerangka teori tentang pemberian MP-ASI
pada bayi usia 6-24 bulan di Bantul 2012.
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah obstruksi dari suatu realita agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara
variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2003).
Dalam hal ini dibahas kerangka konsep penelitian Gambaran Tentang Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 6-24 bulan.
Pendidikan
Pekerjaan
Peran Tenaga Kesehatan
Umur
Pemberian
MP- ASI secara dini pada bayi usia 6-24 bulan
Minat
Pengetahuan
Pengalaman
Peran keluarga
Kebudayaan
Informasi
Gambar 1.2 : Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Ibu
Tentang Pemberian MP-ASI pada bayi usia 0 - 6 bulan di sewon bantul 2012.
Faktor pendidikan, pekerjaan, umur, pengalaman, minat, pengalaman,
kebudayaan, informasi mempengaruhi pengetahuan. Sedangkan pengetahuan peran
petugas kesehatan, dan peran keluarga berpengaruh langsung pada pemberian
MP-ASI pada bayi umur 6-24 bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar